Jejak Benua Sahul 2024, Perkiraan Tempat Berdirinya Atlantis Dahulu

Jejak Benua Sahul 2024, Perkiraan Tempat Berdirinya Atlantis Dahulu

Jejak Benua Sahul Masa lalu manusia penuh dengan kisah perjalanan epik yang mencengangkan. Salah satu kisah migrasi manusia yang paling mengesankan terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu, ketika manusia menyeberang dari Asia Tenggara ke Australia modern. Mereka menempuh perjalanan melintasi lanskap yang mirip Atlantis, yang kini tenggelam di bawah lautan, dan menjadi penduduk pertama yang menyebut wilayah Australia sebagai rumah mereka.

Para peneliti telah lama tertarik dengan rincian migrasi tersebut. Mereka bertanya-tanya seberapa cepat perjalanan itu terjadi dan rute apa yang diambil oleh para pendatang baru saat melewati wilayah yang luas dan beragam tersebut. Saat ini, penelitian tersebut menyoroti beberapa kemungkinan jawaban yang menarik, sementara juga membuka potensi penemuan situs arkeologi baru.

Jejak Benua Sahul

Catatan arkeologi yang kaya memberikan banyak bukti tentang migrasi manusia tersebut. Namun, untuk memahami perjalanan mereka dengan lebih baik, para peneliti memperhatikan perubahan lingkungan dan geologi yang terjadi selama ribuan tahun terakhir. Mereka menggunakan informasi tersebut untuk mengembangkan model evolusi lanskap, yang memperhitungkan perubahan lanskap Sahul antara 75.000 dan 35.000 tahun yang lalu.

Model tersebut juga mempertimbangkan kemungkinan rute migrasi dari dua lokasi di Asia Tenggara: Papua Barat dan Landas Laut Timor. Dengan menggabungkan data arkeologi yang tersebar di lanskap modern, para peneliti dapat memperkirakan dengan lebih tepat periode ketika orang-orang berpindah melalui berbagai bagian benua tersebut. Mereka juga memperhitungkan gerakan pemburu-pengumpul dalam pencarian makanan, yang membantu memperkirakan laju migrasi.

“Model evolusi lanskap baru memungkinkan deskripsi yang lebih realistis tentang medan dan lingkungan yang dihuni oleh komunitas pemburu-pengumpul pertama saat mereka melintasi Sahul,” kata Tristan Salles, seorang profesor di School of Geosciences di University of Sydney.

READ  Strategi Investasi Saham Terbaru 2024 di Tengah Badai Inflasi

Para peneliti menjalankan ribuan simulasi untuk menentukan rute yang paling mungkin diambil manusia, mengikuti fitur lanskap dan ketersediaan makanan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa para pendatang baru kemungkinan besar mengikuti garis pantai dan melewati pedalaman benua, mengikuti aliran sungai besar yang memotong lanskap pada saat itu.

Kecepatan migrasi yang diperkirakan sekitar 1,15 kilometer per tahun menurut para peneliti, menunjukkan bahwa perjalanan itu relatif cepat. Secara mengejutkan, simulasi tersebut sejalan dengan wilayah di mana peneliti lain memperkirakan manusia pertama kali berkumpul di Sahul.

Dengan memberikan wawasan tentang kemungkinan rute migrasi manusia, model ini bahkan dapat membantu para arkeolog dalam pencarian situs arkeologi baru. “Ada satu hasil menarik dari peta kami yang menunjukkan kemungkinan kehadiran manusia di Sahul. Dengan cara yang hemat biaya, alat ini berpotensi menunjukkan dengan tepat wilayah arkeologi yang penting,” tulis para peneliti.

Studi ini membantu menyempurnakan pemahaman kita tentang kehidupan di Sahul. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa setengah juta orang mungkin pernah tinggal di wilayah utara yang sekarang tenggelam. “Studi kami adalah yang pertama menunjukkan dampak perubahan bentang alam pada migrasi awal di Sahul, memberikan perspektif baru mengenai arkeologinya,” tulis para peneliti.

Dengan pendekatan yang serupa, kita dapat meningkatkan pemahaman kita tentang perjalanan luar biasa manusia keluar dari Afrika dan menyebar ke seluruh dunia. Migrasi masa lalu tidak hanya merupakan kisah sejarah, tetapi juga pintu masuk untuk memahami asal usul dan evolusi kita sebagai spesies.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *